setiap muslim ataupun muslimah pasti nantinya akan membina sebuah keluarga. nah, oleh sebab itu, jadikan penantian kita ini menjadi penantian yang terbaik, jangan ber galau-galau ria katanya anak jaman sekarang.. hehe
jadikan penantian ini sarana kita untuk belajar, jadi belajar membina rumah tangga bukan ketika kita sudah berkeluarga tetapi sebelum ataupun ketika kita sedang ikhtiar juga jadikan sebagai sarana belajar.
sebelum membina apa yang namanya keluarga, kita terlebih dahulu mengerti apa yang namanya "keluarga" jika kita sudah mengerti, lalu apa yang kita lakukan ? :)
let's check this out !
Keluarga adalah unit terkecil dari sebuah kehidupan berorganisasi, yang tentunya memiliki pemimpin dan juga rakyat. Sukses tidaknya suatu sistem organisasi tergantung dari kekompakkan antara pemimpin dan rakyat atau bawahannya dalam me-manage organisasi mereka, tentu saja dengan saling mendukung bahkan siap berkorban satu sama lain. Seperti
itu pula dalam keluarga kita, ada saatnya anak-anak harus mengorbankan
jam bermainnya demi mendukung kepentingan ayah-ibunya, sesekali juga
ayah-ibu harus berkorban bahkan meniadakan haknya, demi kebutuhan
anak-anaknya.
# ..belajar dari keluarga semut!!
Tidaklah salah, jika ALLAH Subhanahu wa
Ta’ala memilih nama semut, An-Naml untuk diabadikan menjadi salah satu
surat dalam al-Qur’an. Pastinya, ada nilai-nilai yang layak untuk
dipelajari, diambil hikmah dan dijadikan teladan dari kehidupan
binatang-binatang mungil ini.
Pelajaran Pertama dari semut adalah, “Mereka hidup dalam sebuah Keluarga yang Besar”, mereka
hidup dalam satu sarang saja secara bersama dan dalam jumlah yang
besar, bisa ratusan bahkan ribuan. Mungkin itulah ‘insting’ mereka dari
ALLAH meski memiliki fisik yang super kecil dan super lemah, akan tetapi
dengan jumlah yang besar itu, mereka menjadi lebih kuat, lebih mudah
mencari makanan, dan lebih mungkin mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Seperti itulah filosofi yang seharusnya
diteladani manusia, bahwa mereka akan lebih aman dan selamat hidup
berkelompok, dimulai dengan keluarga dan masyarakat.
Pelajaran Kedua dari semut adalah, “Dalam Keluarga Besar terdapat Sistem yang berjalan secara Sunnatullah”. Semut
tidak pernah protes ataupun iri, tentang siapa yang menjadi ratu dan
yang hanya menjadi rakyat saja. Begitu pula dalam sebuah keluarga, harus
diperjelas siapa pemimpinnya. Dalam Islam sudah jelaslah bahwa
laki-laki telah diangkat menjadi pemimpin, akan tetapi ingat pula bahwa
perempuan juga akan dimintai pertanggungjawabannya.
Pelajaran Ketiga dari semut adalah, “Selalu Bekerjasama dengan Baik”. Ratu
melakukan tugasnya untuk bertelur, prajurit melakukan tugasnya
mengumpulkan makanan. Tugasnya saling mendukung karena yang satu tidak
akan berhasil jika tidak dibantu tugas yang lain.
Demikian juga dalam berkeluarga, telah
jelas siapa yang mencari nafkah dan siapa yang memanajemen di rumah.
Bunda, jangan sampai terlalu bangga menjadi manajer di perusahaan tapi
lupa dengan tugas mulianya yaaa.. menjadi manajer keluarga
Pelajaran Keempat dari semut adalah, “Selalu Berada dalam Barisan Rapi”. Mereka
beraktivitas bersama-sama, akan tetapi tidak pernah saling dorong,
bertabrakan, berebut ataupun menutup jalan temannya, semua antri
berjalan dengan kecepatan yang sama. Tidak pernah berebut rezeki! semua
saling berbagi..
Itulah filosofi kerjasama yang
semestinya dibangun dalam keluarga. Masing-masing anggota keluarga
memiliki pekerjaan masing-masing, tanpa harus berebut atau saling
melempar pekerjaan dan menghindar. Tidak saling tumpang tindih, saling
menyalahkan ataupun saling melempar tanggungjawab.
#semoga bermanfaat ya #
Tidak ada komentar:
Posting Komentar