Rabu, 09 Oktober 2013

aku memanggilnya dengan sebutan "Bapak"


Menatap terik meniti tangga
Tangan kasar urat terlihat menonjol
Terbakar menghitam kulit ronamu
Muka memerah tahan panas sang surya
Lapar jadi tantangan harinya
Haus jadi teman setianya
Kotor debu jadi hiasan mukanya
Peluh jadi lukisan pakaianya
Harga diri kadang jadi taruhanya
Nanar mata hampa memandang langitnya
Seolah menghentak sang waktu segera beranjak
Menanti saat istirahat rebahkan raga
Mengharap permata sebagai buah tangannya
Terbayang buah hati menanti kedatangannya
Terbayang wajah teduh permaisurinya

Lelah kan jadi indah

Dahaga bagai tersiram air nirwana
Rasa lapar tak terasa memandang tawa buah hatinya
Segelas air tersuguh bagai hidangan surga
Sekilas senyum merayu jiwanya

Bosankah bapak setiap hari begini,
Tidak nduk… asal kamu bahagia,

Capek ya pak ,tidak nduk …asal kamu bisa menikmatinya….
Sampai kapan bapak …
sampai keringat ini jadi permatamu nak
sampai lelah ini berkalang tanah
Sampai dunia dalam gengamanmu nak..

Begitu teduh dalam dekapnya
Begitu nyaman dalam gendongannya
Begitu aman dalam lindungannya
Begitu ikhlas gurat wajahnya…
Sosok itu kini Putih rambutnya
Begitu putih bagai jiwanya
Sosok itu kini keriput kulitnya
Begitu keriput tergurat begitu banyak pengalamannya
Uratnya Telihat bekas keperkasaanya
Walau senja tak berkurang semangatnya
Walau keriput begitu jelas bekas ketampanannya


Bapak ….
Terimakasih bapak…..
Bintang dilangitpun tak cukup ku hadiahkan untukmu
Lautpun tak kan bisa menganti peluhmu
Kasih sayangmu tak mungkin terganti
Iklasmu akan jadi bekalmu..
terimakasih bapak..


Tidak ada komentar:

Posting Komentar